Rasulullah Sebagai Ayah Fatimah Az-Zahra
Fatimah Az-Zahra. Siapa yang tidak mengenal nama ini? Putri kesayangan Rasulullah Muhammad Saw. dengan ummul mukminin Khadijah Ra., yang mendapat didikan dan pengasuhan langsung oleh manusia berakhlak agung pilihan Allah SWT.
Fatimah adalah salah seorang saksi hidup kerasnya perjuangan Rasulullah Saw. untuk menyeru kaum musyrikin kepada Allah SWT. Sedari kecil beliau paham tugas berat Rasulullah Saw. dalam menyebarkan Islam; termasuk menerima konsekuensinya berupa cemooh, hinaan dan pemboikotan dari kaum musyrikin.
Ujian Allah SWT kepada Fatimah kecil bertambah ketika ibundanya Khadijah wafat, yang disusul kemudian dengan wafatnya Abu Thalib, sang Paman. Situasi ini membangkitkan kesadaran Fatimah tentang tugas pentingnya untuk selalu berada di sisi Rasullullah Saw. dan mendampingi berdakwah.
Fatimah sangat mencintai ayahnya, dan sebaliknya. Sedemikian dalamnya cinta Rasulullah Saw. kepada Fatimah, sehingga dalam beberapa hadist diriwayatkan:
“Fatimah adalah bagian dariku. Aku merasa susah bila ia bersedih dan aku merasa terganggu bila ia diganggu.” (HR. Ibnu Abdil Barr dan Isti’ab).
“Barang siapa telah memarahinya berarti telah memarahiku.” (HR. Muslim)
Meskipun cinta Rasulullah Saw kepada Fatimah sedemikian besar, hal itu tidak menyebabkan Rasulullah Saw. mendahulukan Fatimah daripada umatnya. Beliau tetap memberi infaq kepada mereka yang kekurangan daripada kepada Fatimah.
Dalam suatu kisah diriwayatkan ketika Fatimah dan suaminya, Ali bin Abi Thalib, mendatangi Rasulullah Saw untuk meminta seorang tawanan yang akan dijadikan khadimat (pembantu). Ini adalah atas saran Ali yang tak tega melihat istrinya kelelahan mengerjakan sendiri tugas-tugas rumah tangga.
Mendengar permintaan mereka, Rasulullah Saw. bersabda: “Demi Allah, aku tidak akan memberikan kepada kalian berdua, sedangkan aku membiarkan ahlu sufah dalam keadaan lapar. Aku tidak mendapatkan apa-apa untuk aku infaqkan kepada mereka, tapi aku akan menjual para tawanan tersebut dan hasilnya aku akan infaqkan kepada mereka.”
Tetapi kemudian Rasulullah Saw. datang ke rumah Fatimah dan Ali untuk mengabarkan kepada mereka, bahwa amalan membaca tasbih, tahmid dan takbir masing-masing 10 kali setiap selesai shalat Fardhu, dan masing-masing 33 kali sebelum tidur adalah lebih baik daripada seorang khadimat. Amalan ini kemudian selalu dilakukan oleh Ali Ra. bahkan di malam perang ShiffiRiwayat lain dari Tsauban Ra.: “Rasulullah Saw. masuk ke rumah Fatimah, sedangkan aku ketika itu bersama beliau. Lalu, Fatimah mengambil kalung emas dari lehernya seraya berkata, ‘Ini adalah kalung yang dihadiahkan oleh Abu Hasan kepadaku.’ Kemudian Rasulullah Saw. bersabda, ‘Wahai Fatimah, apakah engkau senang jika orang-orang berkata, ‘Inilah Fatimah binti Muhammad,’ sedangkan di tangannya terdapat kalung dari neraka?’ Kemudian Rasulullah Saw. memarahi Fatimah lalu keluar rumahnya tanpa duduk terlebih dulu. Mengetahui kemarahan Rasulullah, Fatimah lalu menjual kalungnya, kemudian beliau membeli seorang budak perempuan yang kemudian beliau bebaskan. Berita itu akhirnya didengar oleh Rasulullah Saw, yang kemudian bersabda, ‘Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan Fatimah dari api neraka.”
Di hadist lain diriwayatkan ketika kaum dari Bani Al-Makhzumiyah memohonkan ampunan Rasulullah melalui Usamah bin Zaid bin Haritsah bagi seorang perempuan dari golongan mereka yang mencuri, Rasul bersabda, “Demi Allah, seandainya Fatimah binti Muhammad itu mencuri, niscaya aku potong tangannya.”
Masya Allah… Begitu indah keteladanan yang diberikan oleh Rasullullah Saw. dalam mendidik Fatimah. Cinta dan kasih sayang yang besar dari seorang ayah kepada putrinya, terasa berbalut sempurna dengan ketegasannya sebagai pemimpin dan rasa tanggung jawabnya yang lebih besar kepada Allah SWT. Sejarah akhirnya menyaksikan Fatimah tumbuh menjadi muslimah agung dengan akhlaqul kharimah seperti yang diajarkan oleh ayahnya. Subhanallah…
Semoga kita mampu meneladani Rasulullah Saw. dalam mendidik buah hati kita, dan menyiapkan mereka menjadi generasi penerus muslim Rabbani yang tangguh. Insya Allah.
Fatimah adalah salah seorang saksi hidup kerasnya perjuangan Rasulullah Saw. untuk menyeru kaum musyrikin kepada Allah SWT. Sedari kecil beliau paham tugas berat Rasulullah Saw. dalam menyebarkan Islam; termasuk menerima konsekuensinya berupa cemooh, hinaan dan pemboikotan dari kaum musyrikin.
Ujian Allah SWT kepada Fatimah kecil bertambah ketika ibundanya Khadijah wafat, yang disusul kemudian dengan wafatnya Abu Thalib, sang Paman. Situasi ini membangkitkan kesadaran Fatimah tentang tugas pentingnya untuk selalu berada di sisi Rasullullah Saw. dan mendampingi berdakwah.
Fatimah sangat mencintai ayahnya, dan sebaliknya. Sedemikian dalamnya cinta Rasulullah Saw. kepada Fatimah, sehingga dalam beberapa hadist diriwayatkan:
“Fatimah adalah bagian dariku. Aku merasa susah bila ia bersedih dan aku merasa terganggu bila ia diganggu.” (HR. Ibnu Abdil Barr dan Isti’ab).
“Barang siapa telah memarahinya berarti telah memarahiku.” (HR. Muslim)
Meskipun cinta Rasulullah Saw kepada Fatimah sedemikian besar, hal itu tidak menyebabkan Rasulullah Saw. mendahulukan Fatimah daripada umatnya. Beliau tetap memberi infaq kepada mereka yang kekurangan daripada kepada Fatimah.
Dalam suatu kisah diriwayatkan ketika Fatimah dan suaminya, Ali bin Abi Thalib, mendatangi Rasulullah Saw untuk meminta seorang tawanan yang akan dijadikan khadimat (pembantu). Ini adalah atas saran Ali yang tak tega melihat istrinya kelelahan mengerjakan sendiri tugas-tugas rumah tangga.
Mendengar permintaan mereka, Rasulullah Saw. bersabda: “Demi Allah, aku tidak akan memberikan kepada kalian berdua, sedangkan aku membiarkan ahlu sufah dalam keadaan lapar. Aku tidak mendapatkan apa-apa untuk aku infaqkan kepada mereka, tapi aku akan menjual para tawanan tersebut dan hasilnya aku akan infaqkan kepada mereka.”
Tetapi kemudian Rasulullah Saw. datang ke rumah Fatimah dan Ali untuk mengabarkan kepada mereka, bahwa amalan membaca tasbih, tahmid dan takbir masing-masing 10 kali setiap selesai shalat Fardhu, dan masing-masing 33 kali sebelum tidur adalah lebih baik daripada seorang khadimat. Amalan ini kemudian selalu dilakukan oleh Ali Ra. bahkan di malam perang ShiffiRiwayat lain dari Tsauban Ra.: “Rasulullah Saw. masuk ke rumah Fatimah, sedangkan aku ketika itu bersama beliau. Lalu, Fatimah mengambil kalung emas dari lehernya seraya berkata, ‘Ini adalah kalung yang dihadiahkan oleh Abu Hasan kepadaku.’ Kemudian Rasulullah Saw. bersabda, ‘Wahai Fatimah, apakah engkau senang jika orang-orang berkata, ‘Inilah Fatimah binti Muhammad,’ sedangkan di tangannya terdapat kalung dari neraka?’ Kemudian Rasulullah Saw. memarahi Fatimah lalu keluar rumahnya tanpa duduk terlebih dulu. Mengetahui kemarahan Rasulullah, Fatimah lalu menjual kalungnya, kemudian beliau membeli seorang budak perempuan yang kemudian beliau bebaskan. Berita itu akhirnya didengar oleh Rasulullah Saw, yang kemudian bersabda, ‘Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan Fatimah dari api neraka.”
Di hadist lain diriwayatkan ketika kaum dari Bani Al-Makhzumiyah memohonkan ampunan Rasulullah melalui Usamah bin Zaid bin Haritsah bagi seorang perempuan dari golongan mereka yang mencuri, Rasul bersabda, “Demi Allah, seandainya Fatimah binti Muhammad itu mencuri, niscaya aku potong tangannya.”
Masya Allah… Begitu indah keteladanan yang diberikan oleh Rasullullah Saw. dalam mendidik Fatimah. Cinta dan kasih sayang yang besar dari seorang ayah kepada putrinya, terasa berbalut sempurna dengan ketegasannya sebagai pemimpin dan rasa tanggung jawabnya yang lebih besar kepada Allah SWT. Sejarah akhirnya menyaksikan Fatimah tumbuh menjadi muslimah agung dengan akhlaqul kharimah seperti yang diajarkan oleh ayahnya. Subhanallah…
Semoga kita mampu meneladani Rasulullah Saw. dalam mendidik buah hati kita, dan menyiapkan mereka menjadi generasi penerus muslim Rabbani yang tangguh. Insya Allah.
Rasulullah Sebagai Ayah Fatimah Az-Zahra
Reviewed by Khairul Anam
on
18:59
Rating:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar