SELAGI MASIH DI BERI KESEMPATAN, MARI BERHIJRAH :-)

Punya pengalaman menarik yang inspiratif? Kirimkan Pengalaman Pribadimu atau orang-orang terdekatmu melalui Google+ atau facebook untuk berbagi pelajaran hidup kepada pembaca lain. Mari berbagi dan saling mengingatkan dalam kebaikan :-)

Rasulullah saw Sebagai Ayah yang Tegas

- Dalam pembahasan diatas telah dijelaskan bahwa hati Rasulullah saw penuh dengan rasa cinta, kasih sayang, keramahan, dan kelembutan terhadap anak-anak serta tulus. Di atas juga telah dijelaskan bahwa setiap anak juga membutuhkan kasih sayang dan pendidikan, sebagai mana mereka membutuhkan kesehatan dan makanan.

Akan tetapi, semua kasih sayang dan kelembutan itu beliau curahkan dalam batas-batas yang propesional, tidak bertentangan dengan dasar-dasar islam, dasar-dasar penyampaian dakwa, dan dasardasar pembentukan masyarakat pembentukan islam.



Prinsip-prinsip inilah yang menjadikan Rasulullah saw sebagai seorang ayang tetap bersikap tegas walaupun terhadap putri kesayangannya, Fatimah, sebagaimana dijelaskan dalam suatu riwayat bahwa Rasulullah saw pernah marah kepada Fatimah memperlihatkan kalung emas hadiah dari Abu Hasan, suaminya, sehingga saat itu beliau tidak menyambut Fatimah dengan ramah dan tidak menciumnya sebagaimana yang selalu beliau lakukan. Bahkan beliau berkata dengan nada tinggi: “Senangkah engkau jika orang-orang mengatakan:’Putri Rasulullah tengah memegang kalung dari api neraka.?’ Selanjutnya, beliau pergi tanpa sempat duduk. Akhirnya, Fatimah segera menjual kalungnya ke pasar dan hasil penjualannya iya belikan seorang budak untuk ia merdekakan. Ketika Rasulullah mengetahui hal itu, beliaubersabda: “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan Fatimah dari api neraka.”

Ketika turun ayatyang memerintahkan beliau untuk menyampaikan kepada kerabat dekatnya –(Wa andzir ‘asyiirotakal aqrobiin –QS. As-Syu’araa’ (26): 214)-, beliau naik bukit Syafa dan berseru dengan lantanguntuk mengajak kerabatnya ke jalan Allah. Diantara nasihat yang beliau serukan adalah:”Wahai Fathimah, putri Muhammad, mintalah harta kepadaku sekehendakmu, tetapi ketahuilah bahwa aku tidak bisa menolak siksa Allah atas dirimu sedikitpun.”

Melalui Hadist yang menceritakan tentang tertangkapnya seorang wanita dari Abni Makhzum yang mencuri pada masa Nabi saw, ketikamengetahi bahwa tegasnya Rasulullah saw sebagai seorang ayah. Beliau tidak mau mengebaikan hukum Allah walau pun terhadap kerabat beliau yang terdekat. Beliau sempat mencela orang yang dicintainya, Usamahbin Zaid, karena berusaha memberikan pembelaan kepada perempuandari Bani Makhzum yang mencuri itu agar terbebas dari hukumannya. Ulah Usamah ini telah membuat Rasulullah saw marah semata-mata karena Allah. Karenanya , beliau bersumpah demi Allah bahwa beliau benar-benar akanmenerapkan hukum Allah kepada siapapun, termasuk kepada orang-orang yang sangat cintai sekalipun, jika mereka memang terbukti melakukan dosa yang mewajibkan di tegaskannya hukum had. Demikianlah sikap Beliau agar dijadikan contoh oleh umatnya.

Dalam riwayat ‘Aisyah disebutkan bahwa orang-orang Quraisy pernahmerasa cemas karena tertangkapnya seorang perempuan dari Bani Mahzul yang mencuri. Sebagaiman mereka bertanya kepada sebagian yang lain: “Siapakan yang dapat berbicara dan memintakan keringanan hukuman kepada Rasulullah saw?”Diantara mereka ada yang menjawab: “Tidak ada yang bisa melakukannya selain Usamah, seorang laki-laki kesayangan Rasulullah saw?” setelah mereka melobi Usamah, Usamah pun membicarakannya kepada Rasululla saw, namun beliau bersabda: Apakah engkau hendak membela terhadap orang yang telah melanggar hukum Allah?” Selanjutnya, beliau berdiri dan berkhutbah dihadapan para sahabat: “Wahai manusia sesungguhnya orang-orang sebelum kalian tealh binasa disebabkan jika orang bangsawan diantar mereka mencuri, mereka membiarkanya. Akan tetapijika seorang yang mencuri itu adalah orang lemah, mereka menegakan hukuman atasnya. Demi Allah, seandainya Fathimah, putri Muhammad, mencuri, pasti akan aku potong tangannya.”

Ketegasan sebagai seorang ayah tetap Rasulullah saw tunjukan kepada Fathimah, sekalipun Fathimah sudah berkeluarga. Kehidupannyayang sangat serba kekurangan dan tidak memiliki pelayan membuat tugas-tugas rumahtangga dikerjakanya sendiri. Ia menggiling gandum hingga tangan nya melepuh, mengambil air dengan geriba hingga dadanya sakit, dan membersihkan dan menyapu rumah, sehingga bajunya berdebu. Sementara suaminya tidak mampumenyewa pembantu untuk membantupekerjaan nyayang berat. ‘Ali hanyalah bisa mengerjakan hal-hal tertentu untuk meringankan pekerjaan istrinya.

Ketika telah sampainya kesempatan yang tepat, yakni pada suatu hari sekembalinya Nabi saw dari suatu peperangan dan mendapatkan banyak harta rampasan dan tawanan, ‘Ali segera berkata kepada Fathimah: “Waai Fathimah, sungguh beban pekerjaan mu yang berat telah membuat terenyuh hatiku, sedang saat ini ayahmu telah memiliki banyak tawanan. Karenanya alangkah baiknya engkau mau meminta salah seorang diantara mereka untuk kita jadikan pelayan.

Fathimah menjawab: “Akanaku laksanakan, Insya Allah.” Dia pun datang menghadap Nabi saw Sesampainya disana Nabi bertanya: “Apa keperluanmu, wahai anakku?” Iamenjawab: “Aku hanya hendak memberikan salam kepada engkau .” Dia maluuntuk menyampaikan keinginannya kepada ayahnya, lantas pulang dengan tangan hampa. Keesokan harinya Fathimahdatang bersama ‘Ali. ‘Alilah yang menceritakan keadaan Fathimah dan mengutarakan maksud kedatangan mereka kepada Rasulullah saw. Akan tetapi ayah yang tegas itu berkata: “Demi Allah, aku tidak akan memberikan seorang pelayan pun kepada kalian berdua, karena aku tidak akan membiarkan ahli shuffah (orang-orang fakir yang tinggal di serambi Masjid Nabawi –edt.) melipat perutnya karena lapar. Saat ini aku tidak mempunyai sesuatu yang dapat kushadaqahkan kepada mereka. Oleh karena itu semuanya akan aku jual dan harganya aku shadaqahkan kepada mereka.”

Sang penghulu wanita surga sekaligus putri Nabi saw itu akhirnya pulang dengan tangan hampa, padahal ia termasuk orang yang sangat di cintai oleh Nabi dan hidupnya serba kekurangan. Rasulullah saw lebih mengutamakan orang-orang faqir danmereka yang membutuhkan daripada anaknya. Wahai para orang tua dan para penanggung jawab yang selalu memanjakan anak-anaknya, masihkah kalian menutup mata terhadap pelajaran Nabi saw ini?
Rasulullah saw Sebagai Ayah yang Tegas  Rasulullah saw Sebagai Ayah yang Tegas Reviewed by Khairul Anam on 18:54 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.