Para Pelajar, Renungkanlah Nasihat Para Cendikia Ini
Ada ungkapan dalam bahasa Sunda yang berbunyi: ‘Moal manfaat hiji jalma lamun ka guruna henteu hormat.’ Yang artinya, ‘Seorang manusia tidak akan bermanfaat hidupnya bila dia tidak hormat kepada gurunya.’
Dan, Sungguh miris melihat kenyataan pada masa ini dimana rasa hormat murid terhadap guru seolah hilang terkikis tak tersisa lagi.
Disarikan dari muslim.or.id, DR.Umar As Sufyani Hafidzohullah mengatakan, “Jika seorang murid berakhlak buruk kepada gurunya maka akan menimbulkan dampak yang buruk pula, hilangnya berkah dari ilmu yang didapat, tidak dapat mengamalkan ilmunya, atau tidak dapat menyebarkan ilmunya. Itu semua contoh dari dampak buruk.” Bagaimana agar terhindar dari dampak buruk ini?
Wahai para pelajar, dengarkanlah nasihat mulia yang disarikan dari para cendikia ini:
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berpesan dalam sabdanya: “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti hak ulama” (HR. Ahmad dan dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami).
Diriwayatkan oleh Al–Imam Baihaqi, Umar bin Khattab berkata,“ Tawadhulah kalian terhadap orang yang mengajari kalian”. Bahkan Umar bin khattab yang terkenal keras wataknya tak pernah menarik suaranya di depan Rasulullah, dalam beberapa riwayatdisebutkan, Rasulullah sampai kesulitan mendengar suara Umar jika berbicara.
Imam As Syafi’i berkata, “Dulu aku membolak balikkan kertas di depan Malik dengan sangat lembut karena segan padanya dan supaya dia tak mendengarnya”.
Yahya bin Yahya Al Laitsi tak beranjak dari tempat duduknya saat teman-temanya keluar melihat rombongan gajah yang lewat di tengah pelajaran, Yahya mengetahui tujuannya duduk di sebuah majelis adalah mendengarkan apa yang dibicarakan gurunya bukan yang lain.
Demikian mulia sikap yang ditunjukkan para ulama besar kita terhadap guru mereka. Sehingga, tidak heran pada akhirnya mereka bukan hanya memiliki akhlak yang mulia, tetapi juga ilmu yang tinggi dan bermanfaat bagi sesama.
Lalu, bagaimana kalau kita mendapati guru kita salah dalam bersikap? Apakah harus disikapi dengan buruk pula?
Syaikh Ibnu Utsaimin berkata, “Jika gurumu itu sangat baik akhlaknya, jadikanlah dia qudwahatau contoh untukmu dalam berakhlak. Namun bila keadaan malah sebaliknya, maka jangan jadikan akhlak buruknya sebagai contoh untukmu, karena seorang guru dijadikan contoh dalam akhlak yang baik, bukan akhlak buruknya, karena tujuan seorang penuntut ilmu duduk di majelis seorang guru mengambil ilmunya kemudian akhlaknya.” sebab, bagaimanapun seorang guru adalah manusia biasa juga yang tidak lepas dari salah atau khilaf. tapi, jangan jadikan hal itu sebagai alasan untuk melegalkan sikap buruk kalian dihadapan mereka.
Dan, Sungguh miris melihat kenyataan pada masa ini dimana rasa hormat murid terhadap guru seolah hilang terkikis tak tersisa lagi.
Disarikan dari muslim.or.id, DR.Umar As Sufyani Hafidzohullah mengatakan, “Jika seorang murid berakhlak buruk kepada gurunya maka akan menimbulkan dampak yang buruk pula, hilangnya berkah dari ilmu yang didapat, tidak dapat mengamalkan ilmunya, atau tidak dapat menyebarkan ilmunya. Itu semua contoh dari dampak buruk.” Bagaimana agar terhindar dari dampak buruk ini?
Wahai para pelajar, dengarkanlah nasihat mulia yang disarikan dari para cendikia ini:
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berpesan dalam sabdanya: “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti hak ulama” (HR. Ahmad dan dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami).
Diriwayatkan oleh Al–Imam Baihaqi, Umar bin Khattab berkata,“ Tawadhulah kalian terhadap orang yang mengajari kalian”. Bahkan Umar bin khattab yang terkenal keras wataknya tak pernah menarik suaranya di depan Rasulullah, dalam beberapa riwayatdisebutkan, Rasulullah sampai kesulitan mendengar suara Umar jika berbicara.
Imam As Syafi’i berkata, “Dulu aku membolak balikkan kertas di depan Malik dengan sangat lembut karena segan padanya dan supaya dia tak mendengarnya”.
Yahya bin Yahya Al Laitsi tak beranjak dari tempat duduknya saat teman-temanya keluar melihat rombongan gajah yang lewat di tengah pelajaran, Yahya mengetahui tujuannya duduk di sebuah majelis adalah mendengarkan apa yang dibicarakan gurunya bukan yang lain.
Demikian mulia sikap yang ditunjukkan para ulama besar kita terhadap guru mereka. Sehingga, tidak heran pada akhirnya mereka bukan hanya memiliki akhlak yang mulia, tetapi juga ilmu yang tinggi dan bermanfaat bagi sesama.
Lalu, bagaimana kalau kita mendapati guru kita salah dalam bersikap? Apakah harus disikapi dengan buruk pula?
Syaikh Ibnu Utsaimin berkata, “Jika gurumu itu sangat baik akhlaknya, jadikanlah dia qudwahatau contoh untukmu dalam berakhlak. Namun bila keadaan malah sebaliknya, maka jangan jadikan akhlak buruknya sebagai contoh untukmu, karena seorang guru dijadikan contoh dalam akhlak yang baik, bukan akhlak buruknya, karena tujuan seorang penuntut ilmu duduk di majelis seorang guru mengambil ilmunya kemudian akhlaknya.” sebab, bagaimanapun seorang guru adalah manusia biasa juga yang tidak lepas dari salah atau khilaf. tapi, jangan jadikan hal itu sebagai alasan untuk melegalkan sikap buruk kalian dihadapan mereka.
Sumber: INSPIRADATA.com
Para Pelajar, Renungkanlah Nasihat Para Cendikia Ini
Reviewed by Khairul Anam
on
09:24
Rating:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar