Pengalaman Hijrah (1)
Ber'couple'.
Ya, aku tidak terkecuali. Aku tahu itu salah. Tapi sebab pengaruh teman, juga melayani perasaan serta nafsu, aku turut sama terjebak ke kancah percintaan yang sia-sia.
Ya Allah, jahilnya aku dulu.
Tapi sebenarnya perasaan ingin berubah, ingin meninggalkan perbuatan maksiat dah lama terbuku.
Cuma aku tak tahu bagaimana harus aku mulakan. Karena aku lihat manusia sekelilingku juga melakukan hal yang sama. Tidak ada yang mampu membawa aku ke arah yang lebih baik.
Saat Mulai Mengatur Langkah Menutup Aurat Dengan Sempurna
Pada tahun 2012, aku menerima tawaran untuk masuk ke Tingkatan 6. Mulanya aku memang tidak ingin sebab ada yang mengatakan pelajaran STPM sangat susah.
Tapi aku tidak ada pilihan. Aku terpaksa terima karena aku pikir akan masa depanku. Aku kasihankan ibu ayahku yang selalu berharap anak-anaknya masuk ke universitas.
Jadi aku mengambil langkah untuk masuk ke Tingkatan 6.
Minggu pertama masuk semuanya berjalan dengan baik.
Cuma..biasalah, 'first impression' aku bila masuk tempat baru, aku tak suka dengan teman-teman baru sebab mereka 'urban', sombong.
Allah .. jahatnya aku berpikiran seperti itu. Padahal kenal dengan mereka sendiri pun tidak. Tapi sudah bertanggapan yang negatif.
Hingga kami ditempatkan di kelas-kelas yang telah kami pilih, masih juga sama. Suasananya kikuk. Karena semuanya baru. Aku hanya ngobrol dengan teman baikku saja.
Amat jarang untuk bergaul dengan teman baru yang lain. Kami seolah mengasingkan diri.
Hari demi hari, minggu demi minggu, meskipun aku belajar dalam kondisi terpaksa yang kadangkalanya aku ada rasa ingin hanya berhenti dari Tingkatan 6 tersebut, tapi aku mencoba juga untuk melanjutkan karena aku tak punya pilihan lain.
Aku mulai terbiasa dengan kondisi itu karena aku akan berada di sana dalam jangka waktu yang panjang. Jadi aku mulai bergaul dan berteman dengan orang baru yang sebelumnya tidak pernah aku mengenalinya.
Aku rapat dengan seseorang yang juga merangkap ketua kelas aku. Seorang pria. Aku tidak tahu bagaimana kami bisa menjadi dekat.
Kadangkala, apa-apa masalah dia suka berbagi pada aku. Perwatakannya sederhana, baik orangnya. Aku cukup nyaman berteman dengannya.
Suatu hari, dia menyarankan aku menjadi AJK Kelas yang baru dalam Dewan Perwakilan Pelajar (MPP) karena AJK sebelumnya menarik diri dari jabatan tersebut.
Aku dengan rasa rendah diri menerima tawaran itu. Tapi, bukan hal itu yang aku ingin ceritakan di sini.
Sejak memasuki MPP, aku jadi lebih ramah, banyak bergaul dan aku sangat dekat dengan semua anggota MPP tersebut. Aku mulai mengenali seorang teman. Perempuan. Manis wajahnya, putih bersih wajahnya, lembut saja perwatakannya.
Aku suka melihatnya. Pakaiannya yang sopan, menutup aurat, menarik perhatianku.
Hidayah Menyapa
Semua anggota MPP berencana untuk mengadakan konvoi raya antara anggota-anggota. Aku juga tidak ketinggalan untuk turut serta.
Sangat gembira karena pertama kalinya aku beraya dengan teman baru, teman yang tidak sangka menjadi teman aku sekarang ni. Alhamdulillah karena aku dipertemukan dengan mereka.
Suatu hari, saat bersiap-siap untuk pergi beraya bersama teman MPP, aku mengenakan selendang pada hari tersebut. Aku sibuk melilit syal sambil diperhatikan ibu di depan cermin di ruangtamu rumahku.
Biasanya aku buat ia agak pendek karena nak nampak rapi dan nyaman dipakai seharian.
Namun pada hari itu, aku mencoba melabuhkan selendang tersebut sampai ke bawah dada karena aku segan pada seorang teman perempuan yang aku katakan pakaiannya sopan serta menutup aurat.
Aku juga turut mengatakannya pada ibuku yang mengamati saja aku yang sedang bersiap-siap.
Ya, mungkin masa tu hati aku mulai diketuk oleh hidayahNya. Cuma aku saja yang tidak perasan. Semuanya terjadi dengan cepat sehingga aku juga tidak perasan. Tapi itu masih segar di ingatanku kini setelah aku berhijrah.
Mulai dari situ, aku mulai mengatur langkah perlahan bermigrasi.
Pacar aku, aku mulai tinggalkan karena aku mulai tidak suka dengan dirinya yang suka mengasak aku untuk hal yang sia-sia.
Aku mulai menutup aurat dengan sempurna, melabuhkan tudung, mengenakan sarung tangan dan memakai sarung kaki. Memang banyak dugaannya.
Ada juga yang mengata itu ini. Tapi aku abaikan.
Aku terus berjalan pandang ke depan tanpa menoleh. Aku butuhkan perubahan bagi diri aku. Perubahan yang baik. Yang membawa aku menuju Allah.
Aku mulai menyempurnakan shalat fardhu ku yang sebelumnya banyak aku tinggalkan, perbetulkan bacaan serta pergerakannya. Ibadah sunat juga banyak aku lakukan.
Aku juga lebih suka mendengar nasyid serta zikir. Lagu-lagu yang lagha semua aku 'delete' dari 'playlist' telefonku. Gambar-gambarku yang tidak menutup aurat sempurna di media sosial telahku 'delete'.
Begitu juga status-statusku yang lagha. Kini aku banyak post hal islamik.
Dan sekarang, Alhamdulillah, aku masih di atas landasanku mencari ridha Ilahi karena aku ingin menggapai surga-. Masih lagi belajar dan terus belajar.
Alhamdulillah aku dikelilingi orang yang baik-baik. Apa-apa masalah aku mencoba untuk menemukan Allah dulu.
Aku yakin, bila kita berubah karena Allah, Allah akan permudahkan urusan kita. Alhamdulillah untuk hidayah Allah ini. Perempuan yang aku ceritakan itu mungkin perantara bagi aku untuk aku mendapat hidayah.
Aku sangat bersyukur dan aku doakan supaya kami terus istiqamah dlm perjalanan kami. Semoga kita bertemu di surga nanti.
Aku harap kalian jadikan ini sebagai pelajaran. Aku juga doakan kalian disapa oleh hidayahNya. Doakan aku supaya terus istiqamah.
- Kiriman oleh sahabat kita yang ingin dirahasiakan identitasnya. semoga bermanfaat
Pengalaman Hijrah (1)
Reviewed by Khairul Anam
on
15:54
Rating:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar